Pentingnya Pendidikan Literasi Keuangan di Sekolah
Tingkat literasi keuangan pelajar Indonesia masih tergolong rendah, membuat mereka rentan terhadap risiko finansial. Pemerintah dan para ahli mendorong agar pendidikan kecerdasan finansial dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah sejak dini.

Di tengah maraknya kasus penipuan keuangan digital dan rendahnya kesadaran generasi muda dalam mengelola uang, pendidikan literasi keuangan di sekolah menjadi kebutuhan mendesak. Data OJK menunjukkan bahwa pelajar Indonesia masih memiliki tingkat literasi finansial yang rendah, membuka celah terhadap risiko finansial yang serius.
Para ahli dan otoritas pendidikan menegaskan pentingnya integrasi materi keuangan dalam kurikulum agar generasi mendatang dapat lebih cerdas, mandiri, dan siap menghadapi tantangan ekonomi masa depan.
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 65,43 persen. Namun, kelompok pelajar berusia 15–17 tahun memiliki indeks literasi keuangan terendah, yaitu 51,70 persen, yang berada di bawah rata-rata nasional .
Rendahnya literasi keuangan di kalangan pelajar membuat mereka rentan terhadap berbagai risiko keuangan, seperti terjebak dalam pinjaman online ilegal, investasi bodong, dan praktik judi daring. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menekankan pentingnya edukasi keuangan sejak dini untuk membekali generasi muda dengan kemampuan mengelola keuangan secara bijak
Inisiatif Peningkatan Literasi Keuangan di Sekolah
Berbagai program telah diluncurkan untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar. Salah satunya adalah Program MENYALA (Menyuarakan Literasi Melalui Aksi) yang diinisiasi oleh FIFGROUP. Hingga November 2024, program ini telah melibatkan lebih dari 19.500 guru dan siswa dari lebih dari 200 sekolah di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan untuk membekali pelajar dengan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mengelola keuangan .
OJK dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung penuh inisiatif peningkatan literasi keuangan di sekolah. Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK, Horas V. M. Tarihoran, menyatakan bahwa guru memiliki peran strategis sebagai duta literasi keuangan dalam menciptakan efek berantai positif bagi generasi muda. Sementara itu, Plt. Direktur Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha dan Dunia Industri Kemendikbudristek, Uuf Brajawidagda, menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia .
OJK menargetkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia mencapai 98 persen pada tahun 2045, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045. Untuk mencapai target tersebut, pendidikan literasi keuangan perlu diintegrasikan secara sistematis dalam kurikulum sekolah. Dengan demikian, generasi muda akan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan keuangan yang bijak dan mencapai kesejahteraan finansial di masa depan